Seorang ibu sedang menunggu antrean di kasir supermarket. Hanya ada tiga pembeli di depannya, tetapi ia harus menunggu lama. Rupanya sang kasir menghitung barang sambil mengobrol dengan temannya yang membungkus barang. Mereka melayani pembeli dengan setengah hati.
Ketika sampai di depan kasir, si ibu bertanya, “Siapa manajermu?” Sang kasir kaget, lalu berkata, “Maaf, ibu menunggu lama.” “Tidak mengapa,” jawab ibu itu, “Besok ini tidak akan terjadi lagi!” Esok harinya sang kasir dipecat. Ia tidak tahu bahwa ibu itu adalah istri pemilik supermarket.
Banyak orang bekerja setengah hati, tanpa rasa antusias. Mereka enggan memberi yang terbaik. Yang penting dapat penghasilan. Akibatnya, hasil kerja mereka pun mengecewakan. Mental kerja seperti ini tidaklah kristiani.
Rasul Paulus memahami pekerjaan sebagai panggilan. Maka, orang kristiani diminta bekerja dengan segenap hati dan penuh dedikasi. Jadi bukan hanya tuannya puas, Tuhan pun ikut senang. Upah bekerja bukan hanya uang, tetapi juga berkat Tuhan (Kolose 3:24). Bentuknya bisa berupa kepuasan bekerja. Kita akan merasa diri berarti ketika orang lain bisa menikmati hasil karya kita. Juga kita akan disayang atasan, karena bekerja dengan loyal dan dapat diandalkan.
Pekerjaan Anda mungkin tidak menarik. Tidak sesuai hobi Anda, atau rutin dan menjemukkan. Penghasilan pun mungkin minim. Namun, jangan jadikan itu alasan untuk bekerja sembarangan. Bagaimanapun, bisa bekerja adalah berkat dan kesempatan. Kerjakan itu dengan sepenuh hati, sebagai wujud ibadah yang sejati.
Bagi yang bekerja setengah hati, pekerjaan itu beban; bagi yang bekerja sepenuh hati, pekerjaan itu tantangan
Sumber : WWW.JAWABAN.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar