Aku sangat terguncang, bahkan tidak tahu kemana harus kubawa hidupku ini. Isteriku dan anakku yang bungsu histeris. Mereka membentur-benturkan kepala mereka ke tembok, sehingga kurangkul paksa mereka supaya mereka tenang dan kami mulai berdoa.
Aku berkata, "Tuhan Yesus, Engkau sungguh baik, karena di saat badai seperti ini Engkau memiliki maksud dan rencana yang indah bagi kami dan kami percaya Engkau tidak akan meninggalkan anak-anak-Mu pada waktu menderita.
"Saat itu aku merasa ada yang aneh. Secara jujur aku tidak kuat menghadapi semua itu, tetapi di hatiku tidak ada sedikitpun perasaan yang menyalahkan Tuhan. Yang ada hanya rasa syukur. Kami bersyukur karena kasih Tuhan yang luar biasa itu melingkupi kami.
Saat Nathan dimasukkan ke dalam es untuk diawetkan, pada pagi hari jam 8 ada SMS masuk dari Amerika yang menyampaikan bahwa: "AKU sangat mengasihi anakmu." Bukan itu saja, Dia kirimkan dua orang hamba Tuhan yang tidak kukenal dan juga mereka menyampaikan pesan yang sama: "Aku telah mengirimkan para malaikat-Ku untuk menjemput anakmu. Sekarang anakmu menjadi bagian dari para penyembah-Ku dan bersukacita bersama-Ku."
Aku pegang semua itu, meskipun aku tidak tahu apa maksudnya. Aku mulai berpuasa selama 40 hari dan Tuhan menjawab melalui firman-Nya yang terdapat di dalam Wahyu 14:2-5 yang berbunyi: "Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela." Ayat-ayat itu membuatku menangis pada malam itu. Dan ayat-ayat itu terus terngiang-ngiang di dalam pikiranku selama seminggu. Lalu pada tanggal 21 Juni 2006 pukul 4 pagi ada dorongan roh yang kuat agar aku berdoa. Dan aku taat. Dalam keadaan sadar 100% kurasakan rohku keluar dari tubuhku dan Tuhan menaruh aku di suatu tempat dimana kulihat Tuhan Yesus duduk memangku seseorang dalam kemuliaan-Nya.
Meskipun aku tidak dapat melihat dengan jelas, tetapi kurasakan damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa. Dan sinar kemuliaan Tuhan yang putih bening seperti kristal itu memancar penuh kemilau. Oh, betapa indahnya dan tak dapat kugambarkan dengan kata-kata!
Dalam sinar kemuliaan itu Dia berkata, "Waktu-Ku tidak lama." Setelah itu kulihat Nathan turun dari pangkuan-Nya dan berjalan tiga langkah ke arahku. Nathan memelukku dan aku memeluknya dengan erat dan menciuminya.
Aku mengajukan tiga pertanyaan kepadanya. Pertama, apakah kamu mau hidup lagi di dunia, Nathan? Ia menggelengkan kepalanya. Kedua, apakah kamu sudah menjadi bagian dari tim pujian dan penyembahannya Tuhan seperti tertulis dalam Wahyu 14:2-5? Dia menganggukkan kepalanya.
Ketiga, apakah kamu sudah bersukacita di sini? Dia kembali menganggukkan kepalanya.Setelah itu aku berkata, "Selamat jalan, Nathan! Kita akan bertemu lagi kelak!" Kulihat Nathan berjalan mundur dengan melambaikan tangannya kepadaku dan menghilang.
Ketika rohku kembali, tubuhku terasa bergoncang. Bahkan sempat aku serasa mau rebah. Dunia ini sangat mengerikan. Bumi gelap gulita, bahkan untuk melihat tanganku pun tidak bisa.
Setelah itu aku baru bisa menangis. Padahal waktu bertemu dengan anakku, tidak ada rasa haru, tidak ada dukacita, tetapi yang ada hanyalah damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa. Dan jika waktu itu Tuhan menawariku untuk tinggal dan tidak kembali lagi ke dunia, aku pasti mau, karena bersama dengan Tuhan itu jauh lebih enak.
Setelah kejadian demi kejadian kualami, sekarang hubunganku dengan Tuhan bertambah intim dan mesra. Suatu hubungan yang tak dapat diutarakan dengan kata-kata.
Sumber kesaksian: Handoko W & Christiani Hartono SH seperti yang dimuat dalam Tabloid Keluarga edisi 20/2008.
Sumber :http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar