"Bagaimana semuanya bisa kotor secepat ini?" gerutu saya sembari membersihkan kaca meja. "Padahal baru sebulan yang lalu saya membersihkannya."
"Pembersihan adalah sebuah cara hidup, bukanlah suatu peristiwa," jawab suami saya.
Saya tahu perkataannya benar, tetapi saya benci mengakuinya. Saya ingin membersihkan rumah kami satu kali saja dan ingin agar rumah tetap bersih. Tetapi rupanya kotoran tidak mudah menyerah begitu saja. Butir demi butir debu membuat rumah menjadi kotor kembali. Sedikit demi sedikit, noda pun bertumpuk.
Dosa bagaikan debu dan noda di rumah saya. Saya ingin memusnahkannya dengan sekali berdoa untuk mengakui dosa dan bertobat. Tetapi dosa tidak menyerah semudah itu. Perilaku buruk kembali merasuki pikiran demi pikiran saya. Pilihan demi pilihan yang kita ambil menghasilkan tumpukan berbagai konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Rasul Paulus memerintahkan jemaat di Kolose untuk membuang "marah, geram, kejahatan, fitnah, dan kata-kata kotor" (Kolose 3:8). Lalu ia mengingatkan jemaat di Efesus, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26).
Kematian dan kebangkitan Kristus menghilangkan kewajiban untuk mempersembahkan korban setiap hari. Tetapi pengakuan dosa dan pertobatan masih diperlukan dalam kehidupan orang kristiani setiap hari. Menyingkirkan hal-hal seperti amarah, kegeraman, dan kejahatan adalah cara hidup, bukan peristiwa yang hanya terjadi satu kali --Julie Ackerman Link
ADALAH PENGAKUAN JUJUR DI HADAPAN ALLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar