Hidup adalah ujian. Ujian-ujian inilah yang pada akhirnya akan membentuk hidup kita memiliki karakter seperti Kristus. Karena proses pembentukan karakter seperti Kristus tidak akan pernah berhenti, demikian juga halnya dengan ujian. Setiap hari kita akan dihadapkan dengan ujian, bahkan setiap saat kita akan mengalaminya. Ujian hidup tidak akan pernah berhenti.
Seperti Adam dan Hawa yang gagal dalam ujian di taman Eden. Seperti ketika Abraham mempertimbangkan apakah akan mengambil Hagar sebagai isterinya. Seperti ketika Daud melihat tubuh seksi Batsyeba yang sedang mandi. Seperti ketika mata Yudas jadi silau karena sejumlah uang sebagai penukar gurunya. Seperti perempuan Siro-Fenisia yang tetap memohon kepada Yesus meski dikatakan anjing. Seperti ketika Paulus menganggap semua masa lalunya adalah sampah dan lebih menikmati penderitaannya bersama Kristus.
Itulah sekelumit tentang ujian hidup. Ada yang gagal, tapi ada juga yang berhasil. Kita pun akan mengalami ujian hidup. Hanya kita perlu tahu bahwa ujian hidup tidak selalu dalam hal-hal besar. Hal-hal kecil yang tidak pernah kita sadari sebenarnya juga adalah ujian. Saat hujan deras atau saat panas menyengat adalah ujian apakah kita bisa bersyukur atau tidak. Sikap kita terhadap pelayan adalah ujian, apakah kita menghargai ataukah sebaliknya melecehkan. Selipan uang di bawah meja adalah ujian, apakah kita memiliki integritas ataukah sebaliknya kita bisa dibeli dengan uang.
Ujian kadangkala datang lewat sakit namun bisa juga datang dalam sehat. Bisa datang lewat kemiskinan namun bisa juga datang lewat kekayaan. Bisa datang saat malapetaka datang, namun bisa juga datang lewat berkat. Bisa datang lewat janji yang tertunda, tapi bisa juga datang lewat hadiah yang tiba-tiba. Bisa datang lewat doa yang tak terjawab, kritikan-kritikan tak beralasan, atau bahkan tragedi yang selayaknya tidak terjadi dalam kehidupan anak Tuhan. Respon kita terhadap semua hal itu akan menunjukkan apakah kita lulus ujian atau tidak. Jika lulus berarti karakter kita makin terbentuk dan menjadi semakin mirip dengan Kristus. Jika tidak, itu berarti kita harus mengulang kembali ujian di mana kita gagal. Tapi seharusnya kita punya kerinduan yang sama untuk lulus dalam ujian kehidupan.
Menyadari bahwa sikap dan keputusan dalam hal terkecil sekalipun adalah ujian kehidupan
Sumber .id-id.facebook.com/SarapanFirman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar