BEIJING, KOMPAS.com -- Pemerintah Tiongkok memulai proses penghancuran sebuah gereja yang dianggap Partai Komunis sebagai bentuk resistensi terhadap pengawasan pemerintah terhadap kebebasan beragama.
Gereja Sanjiang di kota Wenzhou, sebuah kota pesisir makmur yang mendapat julukan "Jerusalem dari Timur", ini menjadi berita setelah awal bulan ini ribuan umat Kristen membentuk pagar hidup melindungi gereja itu setelah rencana penghancuran diumumkan.
Umat Kristen setempat menuding pemimpin komunis provinsi Zhejiang memerintahkan penghancuran 10 tempat ibadah lainnya. Pemerintah menolak tudingan itu dan mengatakan bahwa gereja itu melanggar aturan mendirikan bangunan.
Setelah menduduki gereja itu, banyak umat Kristen sudah meninggalkan gereja Sanjiang setelah para pemimpin mereka menegosiasikan sebuah kompromi dengan pemerintah.
Namun, kesepakatan itu tampaknya berakhir dalam beberapa hari belakangan menyusul laporan penangkapan para petinggi gereja dan sejumlah umat Kristen oleh polisi.
Pada Senin (28/4/2014), pemerintah memulai proses penghancuran gereja yang terletak di kota Wenzhou, yang berjarak 370 kilometer sebelah selatan kota Shanghai itu.
"Saya melihat empat ekskavator di bagian depan menghancurkan gereja dan tiga ekskavator lainnya di belakang menghancurkan bangunan tambahan gereja. Saya juga melihat sebuah ekskavator yang lebih kecil masuk ke dalam gereja melakukan penghancuran," ujar salah seorang saksi yang menambahkan bahwa sekitar 100 polisi bersenjata menjaga di sekeliling gereja.
Polisi juga memblokade semua jalan yang menuju ke area gereja sehingga tak ada seorang pun yang bisa mendekati gereja yang sedang dihancurkan itu.
"Tindakan barbar Pemerintah Tiongkok ini menunjukkan eskalasi serius terhadap kebebasan beragama di Zhejiang. Pemerintah Tiongkok memilih melanggar sendiri aturan mereka dan keinginan warganya," kata Bob Fu, seorang aktivis Kristen di AS.
Fu menambahkan, penghancuran gereja ini akan membuat jutaan umat Kristen Tiongkok semakin tidak memercayai pemerintah mereka.
Sementara itu, Kepala Seminari Teologi Nanjing, Chen Yilu, mengatakan, keputusan pemerintah provinsi menghancurkan gereja di Sanjiang itu merupakan sebuah keputusan yang kasar dan kejam.
Namun, pemerintah provinsi Zhejiang membantah tengah melakukan kampanye menentang rumah-rumah ibadah Kristen di wilayah itu.
Namun, Kepala Komite Etnis dan Keagamaan Provinsi Zhejiang, Feng Zhili, awal tahun ini pernah berkata bahwa penyebaran agama Kristen di wilayah itu sudah terlalu cepat dan membahayakan.
Sumber : www.kompas.com