RUANG BAWAH TANAH (Pada Masa Kerajaan Roma)
Pada tahun 162 Masehi, Marcus Aurelius Antonius, penguasa Kerajaan
Roma saat itu, menganiaya orang-orang Kristen begitu hebatnya.
Akibatnya, mereka terpaksa membangun gereja di bawah tanah sehingga
terciptalah katakombe atau ruang-ruang di bawah tanah kota Roma
(bahasa Italia: "Catacombe di Roma"). Keberadaan ruang-ruang itu
benar-benar dijaga kerahasiaannya selama berabad-abad.
Ruang-ruang yang digali tepat di bawah kota Roma itu cukup luas
dengan sejumlah kamar dan lorong-lorongnya, dan merupakan monumen
kenangan mengenai masa penganiayaan di Roma. Dalam enam puluh
katakombe di dekat Roma itu terdapat lorong sepanjang 900 kilometer.
Pada setiap sisi lorong-lorong itu terdapat deretan berjajar
memanjang yang dipergunakan sebagai tempat membaringkan jenazah
orang Kristen.
Ada tiga alasan mengapa jaringan di bawah tanah yang luas ini begitu
penting dalam sejarah gereja yang teraniaya. Pertama, katakombe ini
menunjukkan bahwa umat Kristen mula-mula berbakti kepada Kristus
dengan cara mengadakan ibadah di bawah tanah. Tindakan ini dilakukan
untuk menghindari penganiayaan oleh prajurit Roma. Kehidupan orang
Kristen mula-mula bisa disebut meliputi dua hal: berdoa di bawah
tanah dan teraniaya di permukaan tanah.
Kedua, katakombe Roma itu menunjukkan terjadinya penganiayaan
dahsyat yang diderita orang-orang Kristen mula-mula. Gereja saat itu
bertahan dalam 10 periode penganiayaan oleh pemerintah Roma. Setiap
periode ditandai adanya pemerintahan penguasa baru yang lebih buruk
daripada sebelumnya. Pada saat makam para martir Kristen itu dibuka,
sisa-sisa jenazah mereka menunjukkan bekas-bekas penganiayaan
dahsyat yang diderita orang-orang Kristen mula-mula. Ruangan itu
juga menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang percaya saat itu
memiliki sukacita dan kedamaian abadi. Saat jenazah dimasukkan ke
dalam tempat pembaringannya, bagian depan makam itu disegel atau
ditutup dengan lempengan batu marmer atau ubin lantai, dan di
atasnya terdapat tulisan, yang kebanyakan menyampaikan pesan damai,
sukacita, dan kemenangan, seperti:
- "Kemenangan dalam kedamaian dan Kristus."
- "Telah dipanggil pulang, ia kembali dalam kedamaian."
- "Di sini dibaringkan Maria, beristirahat dalam kedamaian mimpi."
Selain itu, terdapat karya ornamen pahatan di katakombe yang
menyampaikan pengharapan abadi orang-orang Kristen tersebut.
Ornamen-ornamen itu menggambarkan Yesus sebagai Gembala yang Baik
dan menunjukkan kapal-kapal sedang berlayar, yang mungkin
melambangkan pertumbuhan kekristenan yang mantap.
Ketiga, keberadaan katakombe itu begitu memengaruhi sejarah gereja
teraniaya karena mewahyukan sebuah tema abadi: saat orang-orang
Kristen mengalami penganiayaan, Tuhan memberikan mereka tekad yang
bulat untuk melayani-Nya dan mereka akan mengalami anugerah
kemuliaan-Nya dengan sukacita.
Diambil dan disesuaikan dari:
Judul buku: Batu-batu Tersembunyi dalam Pondasi Kita
Judul buku asli: The Hidden Stones in Our Foundation
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerjemah: Ivan Haryanto
Penerbit: Kasih dalam Perbuatan, Surabaya 2005
Halaman: 12 -- 14
______________________________________________________________________
Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah
kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. (1 Yohanes 5:4)
<>
______________________________________________________________________
POKOK DOA
1. Doakan agar setiap orang percaya tetap setia kepada Allah,
meskipun ada harga yang harus dibayar untuk kesetiaan tersebut
2. Bersyukurlah atas keberadaan orang-orang percaya, yang bertekun
mendoakan gereja Tuhan yang teraniaya, karena melalui doa-doa itu
mereka dimampukan di dalam Tuhan untuk menanggung tekanan.
3. Bersyukurlah atas kesaksian orang-orang yang senantiasa setia
mengikuti Tuhan, meskipun mereka harus menghadapi ancaman.
Melalui kehidupan mereka kita bisa melihat bahwa Allah senantiasa
menguatkan mereka di tengah situasi yang sulit.
Sumber ; WWW.SABDA.ORG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar