Dalam bahasa Mandarin, kata "an" yang berarti damai, sejahtera, terdiri dari dua bagian. Atap dan nu (perempuan). Menurut orang Cina, sebuah rumah akan memiliki damai jika didalamnya ada seorang perempuan.
-
Bacaan kita hari ini bercerita tentang Abigail, seorang perempuan yang bijak. Sekalipun menikah dengan seorang yang kasar dan jahat, namun Abigail tidak terpengaruh karakter buruk itu dan tetap menjaga hatinya. Pada waktunya, kebijaksaannya terbukti tidak hanya menyelamatkan nyawanya sendiri, tetapi juga seluruh isi rumahnya.
-
Abigail mampu membawa damai bagi seisi rumahnya, sekalipun ia berada dalam kondisi yang sulit.Sebagai seorang perempuan, kata "an" maupun ayat di atas membuat saya berpikir. Selama ini, apakah saya "membangun" rumah saya dengan membawa kedamaian, atau malah meruntuhkannya dengan tangan saya sendiri? Dengan cara apa kita membangun atau meruntuhkan rumah kita? Salah satunya adalah lewat perkataan. Kita dapat membangun dan menguatkan orang dengan mengucapkan kata-kata yang baik, dengan memberikan pujian yang tulus serta ayat-ayat firman Tuhan. Namun, kita juga dapat menjatuhkan banyak orang lewat gosip, keluhan, omelan, juga pernyataan-pernyataan yang negatif. Bahkan meski kita ada dalam kondisi yang sulit, kita tak perlu menjadikannya alasan untuk mengeluarkan kata-kata yang meruntuhkan. Justru dalam kondisi sulitlah, peran wanita sebagai pembawa damai sangat dibutuhkan.
-
Manakah yang akan kita pilih hari ini? Perkataan yang membangun atau yang meruntuhkan? --GS
-
Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. (Amsal 14:1)
-
PILIHLAH SELALU KATA-KATA YANG MEMBAWA BERKAT
-
Sumber : www.j-hop.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar